Jumat, 14 Oktober 2011

Artikel Sistem Informasi


Artikel ke -2 tentang sistem informasi
Nama Kelompok dan Kelas:

Adhimu Irwan Agus Setiawan            11109064        3KA03
Antonius Catur Nugroho                     10109536        3KA03
Ceri Solehudin                                    13109774        3KA03
Erryk Istianto                                       15109326        3KA03
Faisal Andika                                      11109878        3KA03
Kukuh Kuntoro                                    14109259        3KA03

Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan Sistem Informasi Spasial Database Iklim Nasional

Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap iklim semakin tinggi maka ketersediaan data iklim baik secara global, regional, maupun lokal sangat diperlukan. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebagai salah satu institusi di bawah Departemen Pertanian memiliki mandat untuk mengembangkan database sumber daya iklim untuk kebutuhan pertanian nasional.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam proses pengembangan database iklim ini terutama berkaitan dengan format dan struktur data yang belum standar. Akibatnya data tersebut tidak mudah diupdate dan diakses.
Permasalahan tersebut di atas menjadi masukan utama di dalam penelitian Pengembangan Sistem Informasi Spasial Database Iklim Nasional. Sistem tersebut menggabungkan data tabular (data iklim, infomasi stasiun iklim) dan spasial (peta administrasi) dengan menggunakan teknologi pemrograman yang dapat mendisain sistem database menurut kebutuhan pengguna misalnya: (a) menampilkan data dan informasi iklim secara cepat berdasarkan pilihan jenis parameter, periode waktu, dan lokasi stasiun yang diinginkan, (b) menampilkan distribusi stasiun pengamat iklim/curah hujan, (c) mengolah data iklim ke beberapa satuan waktu seperti data dasarian, bulanan, dan tahunan, dan (d) menampilkan hasil olahan tersebut dalam beberapa kemasan baik secara display di monitor komputer secara tabular ataupun histogram, printout, dan file.
Proses penyusunan sistem database iklim nasional meliputi dua tahapan utama yaitu: Pengembangan prototipe sistem database iklim nasional, dan Pengembangan database iklim Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kegiatan diawali dengan penyiapan data (spasial, tabular) yang diperoleh dari Puslitbangtanak maupun dari instansi terkait seperti BMG dan Bakosurtanal.
Parameter iklim adalah parameter yang menggambarkan kondisi iklim, seperti curah hujan, temperatur, kelembaban, kecepatan angin, evapotranspirasi, dan radiasi matahari. Kegiatan diawali dengan inventarisasi data seperti:
  1. Peta digital seluruh Indonesia lengkap dengan batas administrasi sampai level kecamatan. Peta digital ini dalam format LL (Latitude Longitude) dan untuk keperluan pengembangan sistem database sedang ditransfer ke format UTM.
  2. Data iklim/curah hujan manual yang berasal dari instansi terkait seperti Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Dinas Pertanian, Kimpraswil, Badan Litbang Pertanian, dan lain sebagainya.
  3. Data iklim/curah hujan digital yang berasal dari stasiun otomatis milik Puslitbangtanak terdiri atas 75 stasiun iklim dan 4 stasiun hujan.
Pengembangan sistim database dan informasi sumberdaya iklim pada prinsipnya memadukan berbagai jenis data seperti data spasial ataupun tabular. Semua data itu diklasifikasikan berdasarkan karakteristik objek atau berdasarkan bentuk penyajian, yaitu: (1) file poligon/satuan lahan (batas adminsitrasi), (2) file garis (sungai dan jalan), (3) file titik (lokasi staisun iklim), dan (4) file gambar ( legenda dan keterangan lainnya).
Keempat jenis file tersebut merupakan layer dengan tema yang berbeda dan dapat dioverlaykan seluruhnya atau beberapa layer saja sesuai kebutuhan. Setiap layer memiliki informasi yang terintegrasi dengan data tabular yang berupa angka (numeric data) seperti data iklim, nama provinsi dan lokasi stasiun.
Selanjutnya data yang sudah diklasifikasikan diproses dan ditampilkan dalam beberapa kemasan (display, printout, dan file textual). Struktur data yang dihasilkan dari bagian ini menjadi dasar dalam pengembangan analisis data iklim untuk menghasilkan informasi sumberdaya iklim yang lebih akurat, reliability, dan cepat.
Kesalahan pada salah satu bagian akan mengakibatkan kesalahan pada keluaran informasi yang diperlukan. Oleh karena itu sistim database ini harus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, agar Balitklimat sebagai satu-satunya institusi di Lingkup Badan Litbang Pertanian yang bertanggungjawab dengan database iklim pertanian mampu memberikan informasi iklim yang bukan saja dapat dipercaya kebenarannya tetapi juga mampu memberikan informasi secara rutin, terbaru dan kontinu. Untuk mengetahui informasi jumlah stasiun dibuat menu khusus seperti Gambar.

Sistim database iklim nasional (ganti Grafik Hujannya)


Penelitian selanjutnya akan difokuskan untuk analisis agroklimat dan hidrologi dengan menggunakan input dari sistem database:
  1. Estimasi evapotranspirasi.
  2. Perhitungan neraca air secara spasial berbagai jenis komoditas pertanian.
  3. Trend perubahan iklim antar tempat dan waktu.
prediksi curah hujan dengan menggunakan berbagai pendekatan seperti Kalman Filter. dan Box Jenkins. Zonasi parameter iklim. Link sumberdaya iklim dengan sumberdaya tanah ataupun informasi pertanian lainnya. serta analisis lain yang berkaitan dengan informasi sumberdaya iklim. Kehandalan sistem database sumberdaya iklim sangat tergantung pada aspek: ketersediaan data iklim maupun data spasial penunjang, sumberdaya manusia, dan perangkat lunak dan keras. Oleh karena itu disarankan pengembangan ketiga aspek ini harus mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu dan pengetahuan. Serta kebutuhan Balaitklimat di masa datang.
Kesimpulan :
Pemilihan diksi dari artikel ini sudah cukup tepat,  misal :
Pengembangan sistim database dan informasi sumber daya iklim pada prinsipnya memadukan berbagai jenis data seperti data spasial ataupun tabular.
Dari kalimat diatas dijelaskan bahwa sebuah pengembangan sistim database dengan prinsip perpaduan antara jenis data spasial dan tabular. Dengan membaca sekali pembaca dapat mengerti dengan jelas isi dari setiap kalimat.
Selain itu penggunaan kalimat asing juga sudah benar dengan menuliskan secara miring “Akibatnya data tersebut tidak mudah diupdate dan diakses”.
Namun ada beberapa yang masih kurang tepat dalam penulisannya, seperti penggunaan kata layer yang tidak ditulis miring. “Keempat jenis file tersebut merupakan layer dengan tema yang berbeda dan dapat dioverlaykan seluruhnya atau beberapa layer saja sesuai kebutuhan”.
Dalam artikel ini terdapat banyak istilah-istilah asing yang mungkin belum terlalu dipahami pembaca, seperti: agroklimat, evapotranspirasi dan lain-lain.
Kelebihan
Isi artikel diatas sangat penuh informasi tentang sistem informasi dibidang balai klimat dan hidrologi. Ide cerita juga sangat baik karena mengenalkan kita tentang balai klimat dan hidrologi. Rata-rata susunan kalimatnya cukup tepat.
Terdapat banyak istilah asing yang dapat memperkaya pemahaman tata bahasa Indonesia bagi para pembaca.
Kekurangan
Belum ada daftar pustaka tentang pembuatan artikel yang dapat dijadikan referensi lebih lanjut.

Artikel Bidang Kebahasaan


Artikel ke -1 tentang Bidang Kebahasaan

Nama Kelompok dan Kelas:

Adhimu Irwan Agus Setiawan           11109064        3KA03
Antonius Catur Nugroho                    10109536        3KA03
Ceri Solehudin                                    13109774        3KA03
Erryk Istianto                                       15109326        3KA03
Faisal Andika                                     11109878        3KA03
Kukuh Kuntoro                                    14109259        3KA03



Bahasa Indonesia, Film Nasional, dan Generasi Bangsa

(Menyambut Tahun Bahasa 2008 dan Renungan Hari Film Nasional 10 Maret 2008)

Mahmud Jauhari Ali

Banjarmasin Post




Tahukah Anda bahwa tahun 2008 disebut sebagai tahun bahasa Indonesia? Pada tahun 2008, bahasa Indonesia genap berusia delapan puluh tahun. Karena itulah, tahun ini merupakan Tahun Bahasa Indonesia. Berbagai kegiatan pun mulai dipersiapkan untuk menyambutnya. Berbagai kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tahun ini guna memajukan dunia bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di tanah air kita. Berbagai lomba mulai dari lomba baca puisi sampai kompetisi membuat laman atau website bertemakan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah akan digelar, seminar, dan kegiatan lainnya pun juga akan digelar termasuk Kongres Bahasa Indonesia Tahun 2008. Berdasarkan hal di atas, kita dapat megetahui bahwa semangat untuk memajukan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di tanah air ini masih sangat tinggi oleh sebagian orang Indonesia. Mengapa saya mengatakan sebagian dan bukannya seluruh orang Indoensia? Karena pada kenyataannya memang hanya sebagian saja dari seluruh orang Indonesia yang peduli dengan hidup matinya bahasa dan sastra Indonesia dan daerah. Sebagiannya lagi memilih tidak peduli. Sebagai warga negara Indonesia, kita selayaknyalah peduli dengan kehidupan dan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah.
Dewasa ini, pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata maupun fiksi mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa gaul yang notabene adalah berasal dari bahasa Betawi. Hal ini dapat dimaklumi karena bahasa Betawi adalah bahasa asli Jakarta yang merupakan Daerah Khusus Ibukota negara Indonesia. Dengan memakai bahasa gaul tersebut, pemakainya akan dikatakan sebagai orang kota yang modern dan bukan orang daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas salah karena bahasa gaul tersebut sangat dekat dengan bahasa Betawi yang merupakan salah satu bahasa daerah juga di Indoensia. Antara bahasa Indonesia dan bahasa gaul tentunya lebih modern dan lebih maju bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia merupakan bahasa tingkat nasional yang berasal dari bahasa-bahasa daerah di Indonesia dan bahasa asing. Sebaliknya, bahasa gaul hanya merupakan bahasa tingkat daerah yang berasal dari bahasa Betawi. Dunia film nasional di Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Tidak jarang pemakaian bahasa gaul muncul dalam pembicaraan tokoh-tokoh dalam film nasional di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu penyebab pemakaian bahasa gaul dalam masyarakat di Indonesia semakin luas karena para aktor dan aktris idola masyarakat yang memainkan peran dalam film-film nasional tersebut berbahasa gaul. Sebagian masyarakat terbukti menirukan bahasa gaul yang dipakai oleh para tokoh dalam film nasional yang mereka tonton. Sebagai film nasional seharusnya tidak memakai bahasa gaul dalam percakapan para tokohnya karena bahasa gaul bukanlah bahasa nasional. Bahasa yang dipakai dalam film nasional seharusnya juga bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia.
Peniruan bahasa gaul oleh masyarakat luas di Indonesia tentu saja berdampak negatif terhadap pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya pemakaian bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan, para generasi muda inilah yang paling banyak memakai bahasa gaul daripada memakai bahasa Indonesia. Untuk mengindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat pada masa depan, perlu adanya usaha pada saat ini menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Para orang tua, guru dan pemrintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa depan dapat meningkat. Bagaimana menurut Anda?

Referensi:http://artikelkebahasaan.blogspot.com/2008/03/artikel-13-mahmud-jauhari-ali.html#links

Kesimpulan:
Diksi dalam artikel ini sudah cukup tepat, hanya ada beberapa yang mungkin memerlukan penukaran atau pengurangan kata, seperti pada contoh kalimat berikut ini: “Berbagai kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tahun ini guna memajukan dunia bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di tanah air kita”. Penggunaan dunia bahasa mungkin akan lebih tepat jika diganti dengan “tata bahasa”.
Dalam kalimat ini “Mengapa saya mengatakan sebagian dan bukannya seluruh orang Indoensia? Karena pada kenyataannya memang hanya sebagian saja dari seluruh orang Indonesia yang peduli dengan hidup matinya bahasa dan sastra Indonesia dan daerah”. Terdapat pilihan diksi yang kurang tepat, penggunaan hidup mati akan lebih tepat jika digunakan untuk menyatakan benda hidup.
Kelebihan:
Kami rasa penyampain artikel ini sudah tepat, pada siapa artikel ini ditujukan dan untuk apa tujuan artikel ini dibuat, serta adanya ajakan yang bertujuan untuk menanamkan dan menumbuh kembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, yang dapat menyadarkan pembaca betapa pentingnya untuk tetap mencintai bahasa dan sastra Indonesia karna hal itu bukan merupakan tugas dari pemerintah melainkan dari kita semua sebagai masyarakat Indonesia.
Kekurangan:
Dalam artikel ini terdapat cakupan yang cukup luas “Bahasa Indonesia, Film Nasional, dan Generasi Bangsa” hanya saja penyampainnya belum terlalu kompleks.